21/02/08

MENGENANG KEMBALI
KISAH
26 Desember 2006

"Firman Tuhan telah mengingatkan kita tentang nasihat supaya berjaga-jaga di akhir zaman", khususnya bagi kita yang sedang berziarah di dunia ini. Dan ini telah nyata kita alami dalam hidup. Dimana tahun 2004 yang lalu mengakhiri kurunnya secara menyedihkan. Keceriaan, kebahagiaan, kegemilangan dan berbagai kisah sukses selama 11 bulan sebelumnya tenggelam oleh tragedi 26 Desember yang di kenal dengan "Gempa dan Tsunami Aceh-Nias".

Gempa dan Tsunami Aceh-Nias pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu, menjadi bahan perbincangan banyak orang baik di dalam maupun di luar negeri, juga menjadikan Aceh di kenal oleh dunia. Bahkan seorang Christiano Ronaldo terbang jauh dari Portugal datang ke Aceh ingin menyaksikan langsung tragedi menyedihkan ini. Seperti kata Maria ketika mendapat kunjungan dari Malaekat Gabriel Christiano Ronaldo pun berucap; bagaimana mungkin hal itu terjadi? Itulah peristiwa alam kita manusia tidak tahu kapan saatnya tiba karena itu kita harus tetap berjaga-jaga.

Bahan perbincangan bukan saja tanda ikut prihatin, tetapi juga ungkapan adanya rasa setia kawan, rasa solider untuk membantu meringankan beban penderitaan melalui sumbangan-sumbangan dalam bentuk materi dan lainnya.

Sumbangan-sumbangan mulai berdatangan dari berbagai Lembaga-lembaga di Indonesia maupun Lembaga-lembaga Internasional. Sebut saja salah satu lembaga Internasional yang ikut andil dalam menyumbangkan materi dan tenaga untuk membantu para korban Gempa dan Tsunami Aceh-Nias adalah Lembaga VIVAT Internasional-PADMA Indonesia, salah satu Lembaga Religius Missionaris SVD-SSPS dengan St. ARNOLDUS JANSSEN sebagai pendirinya.

Kekurangan bahan makanan sudah menyatu dengan para korban yang tidur di tenda-tenda atau barak-barak yang dibangun untuk mereka yang selamat. Ketidaknyamanan hidup dalam situasi panas, hujan dan gelap di waktu malam karena hanya diterangi oleh pelita buatan sendiri yang remang-remang nyalanya pertanda kekurangan bahan bakar dalam hal ini minyak tanah. Ketakutan dan kegelisahan terus mewarnai wajah penduduk di sana. Trauma Gempa bumi dan Tsunami belum bisa dihilangkan atau dilupakan dalam waktu singkat. Itulah fakta yang terjadi di lapangan.

Para korban butuh waktu. Masa depan yang sepertinya tidak jelas akibat rumah hancur, hilang pekerjaan dan lainnya dan itu perlu di bangun kembali dengan biaya yang tidak sedikit.

Bagaimana perasaan mereka yang kehilangan keluarga, bagaimana perasaan anak yang ditinggal bapaknya yang menjadi tulang punggung keluarga dalam mencari nafka, ibu yang selalu memberi nasihat, selalu membelai dengan kasih kini telah tiada dan saat ini tidak miliki apa-apa lagi, karena rumah dan perkakas rumah telah dibawah pergi oleh keganasan gempa dan tsunami yang tidak mengenal perikemanusiaan itu. Kemanakah ia harus mencari semuanya itu?

Itulah peristiwa alam yang sampai saat ini masih tetap sakral dan misteri untuk ditemukan jawabannya. Akal dan kemampuan manusia dan bahkan dengan teknologi yang canggih bagaimana pun tidak mampu menjawabinya, paling-paling cuma meraba-raba dengan berucap "KASIHAN". Itulah kata yang selalu keluar dari mulut setiap orang yang menyaksikan tragedi nas ini.

Dia Yang Maha Kuasa sedang menguji kesabaran dan ketabahan kita umatnya. Kehilangan sanak saudara, ayah, ibu, anak merupakan peristiwa yang pasti dialami setiap orang yang sedang berziarah di dunia ini.

Karena itu kita harus belajar dari kehidupan Nabi NUH. Nuh bersama keluarganya telah masuk dalam bahtera ketika bencana air bah turun. Oleh karena itu, mereka selamat. Nuh disebut orang benar karena ia taat pada perintah-Nya. Rahasia keberhasilan Nuh adalah hidup bergaul dengan Allah. Nuh hidup di tengah kehidupan yang rusak dan penuh dengan kekerasan. Namun, ia tetap bertahan karena ia memiliki persekutuan yang indah dengan Tuhan. Hidup bergaul dengan Allah membuat Nuh dapat mendengar dan mengerti kehendak-Nya.

NIKMATILAH HIDUP INI
DENGAN SABAR DAN TAWAKAL